Berita  

BEM FKIP Diusir Paksa dari Balairung : Potret Buram Moral Calon Pendidik FKIP UNJA

banner 468x60

DRADIO.ID – Jambi, 16 Agustus 2025 Kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Jambi tahun 2025 berlangsung penuh drama di hari kedua. Suasana yang seharusnya menjadi ajang pembekalan akademik bagi mahasiswa baru justru diwarnai kericuhan yang mencoreng citra akademisi muda.

Kericuhan terjadi di Balairung Universitas Jambi ketika panitia dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FKIP mendapati dirinya terusir secara paksa dari arena kegiatan. Insiden ini melibatkan salah satu gabungan organisasi eksternal yang hadir di lokasi.

banner 325x300

Ketegangan muncul sejak siang menjelang sore ketika agenda PKKMB berlangsung tidak sesuai dengan rencana awal. Situasi semakin memanas saat BEM FKIP dianggap tidak memiliki ruang untuk melanjutkan perannya dalam rangkaian acara tersebut.

Dorongan massa dari salah satu Organisasi Eksternal membuat suasana di dalam Balairung tidak terkendali. BEM FKIP yang awalnya berada di barisan koordinasi kegiatan, terpaksa keluar setelah mendapatkan tekanan fisik maupun psikologis.

Insiden ini jelas berdampak pada mahasiswa baru. Sejumlah agenda yang seharusnya menjadi bagian dari pengenalan kehidupan kampus tidak berjalan sebagaimana mestinya. Akibatnya, momen penting untuk membentuk karakter dan motivasi mahasiswa baru FKIP Unja 2025 justru terdistorsi oleh konflik kepentingan.

Peristiwa ini menimbulkan tanda tanya besar: apakah lingkungan akademik yang seharusnya mendidik justru menjadi ajang pertunjukan kekuasaan dan ego? Pertanyaan tersebut semakin relevan mengingat FKIP dikenal sebagai pencetak calon pendidik masa depan.

Kondisi ricuh di PKKMB FKIP UNJA 2025 tidak hanya mengganggu kelancaran kegiatan, tetapi juga menurunkan wibawa institusi. Balairung yang semestinya menjadi pusat kegiatan akademik dan kebersamaan, seketika berubah menjadi arena ketegangan yang memalukan.

Keterlibatan pihak luar dalam kegiatan internal kampus semakin menambah sorotan. Kehadiran Organisasi Eksternal di dalam kegiatan mahasiswa dinilai tidak tepat, terlebih jika berujung pada pemaksaan dan pengusiran terhadap sesama elemen kampus.

Mahasiswa baru yang menjadi korban dalam situasi ini harus menanggung kerugian paling besar. Alih-alih mendapatkan kesan pertama yang positif, mereka justru disuguhi tontonan konflik yang bertolak belakang dengan nilai-nilai pendidikan.

Insiden ini juga memunculkan perdebatan lebih luas tentang bagaimana tata kelola organisasi mahasiswa dan kegiatan kampus seharusnya dijalankan. Kegiatan orientasi mahasiswa baru mestinya berfokus pada pembinaan karakter, bukan arena pertarungan kepentingan.

Pertanyaan yang kini menggantung: jika calon pendidik masa depan sudah menunjukkan wajah penuh drama sejak awal, bagaimana mereka bisa dipercaya untuk mendidik generasi berikutnya? Situasi ini menuntut evaluasi serius agar kejadian serupa tidak lagi terulang.

PKKMB FKIP UNJA 2025 akhirnya menorehkan catatan kelam yang sulit dihapus. Alih-alih meninggalkan kesan membangun, yang tersisa justru pertanyaan panjang mengenai integritas, solidaritas, dan tanggung jawab moral di lingkungan akademik.(ADR)

banner 325x300