Semangat Sumpah Pemuda di Era Digital: Antara Peluang dan Tantangan Generasi Z

banner 468x60

DRADIO.ID – Jambi , Peringatan Hari Sumpah Pemuda yang jatuh setiap 28 Oktober menjadi momentum penting untuk kembali meneguhkan semangat persatuan dan tanggung jawab generasi muda terhadap masa depan bangsa. Namun, di tengah kemajuan teknologi dan derasnya arus informasi, semangat itu kini diuji dalam bentuk yang berbeda dari masa lalu.

Sumpah Pemuda yang lahir pada 28 Oktober 1928 menjadi tonggak persatuan nasional, ketika para pemuda dari berbagai daerah dan latar belakang mengikrarkan satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa: Indonesia. Kini, hampir satu abad kemudian, makna itu tetap relevan, namun tantangannya telah bergeser ke ranah digital dan sosial modern.

banner 325x300

Generasi muda saat ini hidup di era serba cepat, di mana teknologi menawarkan kemudahan sekaligus ketergantungan. Media sosial menjadi ruang baru untuk berekspresi, tetapi juga menjadi sumber perpecahan ketika perbedaan pendapat tidak dikelola dengan bijak. Fenomena ini menunjukkan bahwa persatuan di dunia nyata kini harus diperjuangkan pula di dunia maya.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, jumlah penduduk usia muda di Indonesia mencapai lebih dari 60 juta jiwa atau sekitar 22 persen dari total populasi. Jumlah besar ini seharusnya menjadi kekuatan strategis bangsa, namun tantangan seperti pengangguran, rendahnya literasi digital, dan ketimpangan akses pendidikan masih menjadi pekerjaan rumah.

Di sisi lain, generasi muda juga menunjukkan potensi besar dalam inovasi, kewirausahaan, dan pergerakan sosial. Banyak anak muda kini terlibat dalam start-up digital, komunitas lingkungan, dan gerakan sosial yang memanfaatkan teknologi untuk perubahan positif. Ini membuktikan bahwa semangat Sumpah Pemuda tetap hidup, meski dalam bentuk baru.

Namun, semangat itu terkadang teredam oleh budaya instan dan tekanan gaya hidup modern. Banyak pemuda yang merasa kehilangan arah di tengah persaingan global, terjebak dalam pencitraan dunia maya, dan melupakan nilai-nilai gotong royong yang dulu menjadi kekuatan bangsa.

Pakar sosial menilai, peringatan Sumpah Pemuda seharusnya bukan sekadar seremonial, melainkan refleksi mendalam atas peran generasi muda dalam menentukan masa depan bangsa. Mereka diharapkan tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga pencipta inovasi yang mampu menjawab tantangan zaman.

Selain itu, dunia pendidikan dan kebijakan pemerintah juga diharapkan memberi ruang lebih luas bagi kreativitas dan partisipasi pemuda. Pemberdayaan dalam bidang ekonomi kreatif, digitalisasi, hingga kepemimpinan lokal dapat menjadi wadah bagi anak muda untuk berkontribusi nyata.

Semangat kolaborasi lintas daerah, yang dulu melahirkan Sumpah Pemuda, kini perlu dihidupkan kembali dalam bentuk kerja sama lintas komunitas dan generasi. Di era keterbukaan informasi, kolaborasi menjadi kunci agar perbedaan tidak lagi menjadi sumber konflik, melainkan kekuatan bersama.

Peringatan Sumpah Pemuda tahun ini mengusung semangat adaptif terhadap perubahan zaman. Tema “Pemuda Pemudi Bergerak Indonesia Bersatu” menjadi ajakan bagi generasi muda untuk tidak hanya bangga dengan sejarah, tetapi juga berani menulis babak baru perjuangan dalam konteks modern.

Di tengah tantangan global seperti perubahan iklim, krisis ekonomi, dan disrupsi teknologi, generasi muda dituntut menjadi agen perubahan. Sumpah Pemuda tidak lagi hanya soal nasionalisme, tetapi juga soal tanggung jawab sosial, inovasi, dan keberlanjutan.

Semangat 1928 harus terus hidup dalam setiap tindakan pemuda hari ini — bukan sekadar lewat unggahan media sosial, tetapi melalui karya nyata, solidaritas, dan kontribusi bagi bangsa. Di tangan pemuda yang cerdas, kreatif, dan berintegritas, semangat Sumpah Pemuda akan tetap menyala, menerangi jalan menuju Indonesia yang maju dan berkeadilan.(ADR)

banner 325x300